Jumat, 16 Juli 2010

Sejarah ROHIS 44

Kerohanian Islam SMA Negeri 44 Klender, Jakarta Timur dalam gagasan awalnya merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang dakwah di sekolah untuk kalangan pelajar. Dirintis pada tahun 1991 oleh para pelajar dan alumni yang pada waktu itu mempunyai keinginan untuk menghidupkan kegiatan keislaman yang ada di sekolah dan sebagai wadah organisasi yang menampung siswa-siswi muslim. Terinspirasi oleh beberapa sekolah yang telah mempunyai Organisasi Kerohanian Islam dan keberhasilan mereka dalam setiap kali menyelenggarakan kegiatan keislaman, kemudian dibentuklah Organisasi Kerohanian Islam (ROHIS) sebagai salah satu ekskul di SMA ini.

Pada awalnya anggota rohis tidak begitu banyak, berawal dari
alumni yang sering mampir mengunjungi kembali sekolah tempat mereka pernah menimba ilmu kemudian bertemu dengan siswa-siswi muslim yang sering bersih-bersih serta sholat berjamaah di mushola Al-ikhlas (yang saat itu ukurannya masih sangat kecil)
Kehadiran sosok alumni disambut dengan hangat oleh beberapa siswa-siswi waktu itu yang memang membutuhkan sosok kakak untuk menimba ilmu agama, curhat, sampai konsultasi pelajaran. Mereka juga merindukan adanya suatu wadah atau komunitas yang bernuansa islami. Sehingga awalnya dibuatlah pengajian kelompok kecil yang merupakan cikal bakal kegiatan mentoring pada saat ini.

Saat itu kegiatan keislaman belumlah bebas seperti sekarang ini, bahkan kurang mendapat sambutan dari pihak sekolah saat itu. Bagi siswi muslim, jilbab saat itu masih menjadi dambaan dan identitas karena masa-masa itu pemakainya tidaklah bebas. Ketika itu masih terlalu banyak tantangan dan hambatan yang menghadang, namun itu semua tidak menyurutkan semangat jilbabers perintis. Hingga akhirnya datang masa bahagia seiring turunnya SK Mendikbud no.100 yang membolehkan pemakaian khas itu di lingkungan pendidikan. Tahun-tahun berikutnya jilbab seakan terus merebak di sekolah, melambai-lambai mengajak siswi muslimah untuk turut mengamalkan perintah wajib yang satu ini.

Firman Allah dalam surat Muhammad ayat 7 : “Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong agama Allah niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”
Dengan semangat ingin menolong agama Allah dan membuktikan diri bahwa anak pengajian juga punya prestasi akademik yang tinggi, akhirnya disetujuilah pembentukan ekskul Kerohanian Islam yang kemudian bernama ROHIS.

Memang demikian kalau dikatakan bahwa pada dasarnya siswa-siswi muslim itu baik, pintar dan bahkan punya semangat beragama yang tinggi. Namun, sangat disayangkan jika potensi tersebut sia-sia. Hal inilah yang melatarbelakangi pembentukan suatu alternative pilihan diantara sekian banyak pilihan yang berupaya meniti jalan kebenaran. Dari pemikiran itu pulakiranya fungsi dan peran Rohis digariskan dalam Dwi Fungsi Rohis, yaitu :

1. Pembinaan Syakhsiyah Islamiyah
Syakhsiyah Islamiyah adalah pribadi-pribadi yang islami. Jadi Rohis berfungsi untuk membina muslim teladan menjadi pribadi-pribadi yang unggul, baik dalam kapasitas keilmuannya maupun keimanannya. Karena Syakhsiyah Islamiyah adalah dasar pembentukan keluarga yang sakinah, keluarga ini menjadi pilar masyarakat yang baik yang selanjutnya menciptakan kondisi Negara yang thayyib dan rabbun ghaffur.

2. Pembentukan Jamiatul Muslimin
Maksudnya adalah bahwa ROHIS dapat berfungsi sebagai ‘base camp’ dari siswa-siswi muslim untuk menjadikan pribadi maupun komunitas yang islami. Dari sini maka tekad untuk membumisasikan islam di SMAN 44 akan mudah tercapai. ROHIS telah mempunyai motto “Isyhadu Bianna Muslimun” (saksikanlah bahwa kami orang-orang Islam).

Banyak sejarah yang telah dicatat oleh pendahulu ROHIS di masa lalu, misalnya anak-anak ROHIS SMAN 44 merupakan salah satu penggagas dibentuknya organisasi pelajar bernama KAPMI (Kesatuan Aksi Pelajar Muslim Indonesia) yang saat itu memperjuangkan penggunaan jilbab pada foto ijazah SMA, dan Alhamdulillah akhirnya direspon oleh pemerintah hingga saat ini semua siswi muslim bebas memakai jilbab pada foto ijazahnya. ROHIS SMAN 44 juga sebagai penggagas dibentuknya komunitas aktivis Rohis se-Duren Sawit (FARIS) yang merupakan organisasi ROHIS terbesar di Jakarta.

Masa selanjutnya bukanlah masa yang ringan bagi pengurusnya saat ini, disamping harus menjaga peran dan fungsi Rohis pada tempatnya juga beban warisan “nama besar” yang telah dirintis oleh para pendahulunya. Disamping harus melakukan pembenahan dalam upaya pembinaan kedalam maupun keluar. ROHIS juga dituntut untuk mampu mengenali dan memahami kebutuhan umat kalau tidak ingin ditinggalkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar